Teluk Kiluan di awal 2012

Teluk Kiluan di awal 2012

January 9, 2012

Entah sudah berapa kali kami ke Kiluan. Beda musim dan beda teman perjalanan. Saat angin teduh dan kencang. Saat Ombak tenang dan besar. Tapi tak pernah bosan mengunjunginya. Terkadang mengendarai motor, sering kali membawa tamu dengan mobil yang nyaman berAC. Selalu ada saja yang baru ditemui disana.

Banyak mengalami beberapa kejadian lucu dan bahkan mengerikan saat berada di tengah laut dengan ombak yang entah berapa meter tingginya, mungkin 2 meter lebih dikit ;-) Dua orang teman pernah mengalami jukungnya didayung dari tengah laut berombak besar dan tinggi untuk kembali pulau Kelapa teluk Kiluan karena as baling-balingnya patah. Seorang memegang plastik besar yang berfungsi sebagai layar dan yang satu berkali-kali membuang air laut yang masuk ke jukung menggunakan gayung kecil. Sang nahkoda dengan tenang dan bersiul-siul mendayung jukung perlahan hingga akhirnya sampai kembali di pulau Kelapa 2 jam kemudian. Pengalaman tak terlupakan bagi mereka berdua :D

Sejak mengalami ombak besar, saya mengetahui alasan semua jukung di teluk Kiluan, teluk Kelumbayan dan teluk Paku ujung depannya meruncing ke atas. Jukung-jukung tersebut memang sudah didesain untuk mengarungi laut berombak besar. Awal-awalnya memang takut, tapi seiring waktu berjalan saya semakin pede dan berani pergi ke tengah laut dengan jukung. Apalagi sudah jauh-jauh dari Bandar Lampung ke Kiluan hendak melihat lumba-lumba, selagi angin tidak kencang dan ombak masih bisa diatasi kita berangkat ke tengah.

Berbekal sedikit makanan ringan dan minuman botol serta mengenakan jaket pelampung. Biasanya para wisatawan (dan juga saya) selalu berdoa saat baru menaiki jukung meminta keamanan dan keselamatan selama mengarungi lautan. Ya, karena kita akan berwisata sambil mengingat-ingat akan kebesaran Tuhan di tengah laut ;)

Kalau beruntung tak sampai 1 jam dari berangkat kita sudah bisa berjumpa lumba-lumba dengan latar belakang erupsi gunung Anak Krakatau. Adakalanya harus memutar haluan mencari spot yang banyak ikan tongkol, karena lumba-lumba besar memang mencari ikan tongkol kecil ini. Kali terakhir ke Kiluan (5/1/2012) kami bertemu lumba-lumba di antara jukung nelayan yang menangkap ikan tongkol. Beberapa kali terlihat nelayan justru mengusir lumba-lumba, karena mengambil tongkol yang sudah terkait kail pancing.

 Tak sempat memotret saat lumba-lumba muncul beramai-ramai di permukaan sudah lumayan dapat beberapa jepretan. Membawa DSLR di teluk Kiluan memang agak riskan dengan menaiki jukung yang lebarnya hanya pas untuk duduk. Lens hood terjatuh ke laut tapi yang penting bisa bertemu lumba-lumba :)

Foto-foto di  Teluk Kiluan di awal 2012.

Berpacu Dalam Hijau di Teluk Kiluan

hutan dan sungai
Foto hutan dan sungai yang saya ambil waktu bertugas di Aceh.

Hutan telah menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia, dan menjadi genting saat kita tidak berusaha melestarikannya. Sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia, kita semakin bergantung akan kelestarian hutan. Pembangunan pemukiman, alat transportasi, kegiatan belajar mengajar, dan lain-lain, semua membutuhkan kayu yang berasal dari hutan selain dari habitat keanekaragaman hayati, sumber makanan dan obat-obatan, dan air bersih. Yang terpenting adalah hutan merupakan penyeimbang dari iklim global.

Hal-hal tersebut di atas yang saya catat dari kegiatan kemah gembira di Kiluan, Kecamatan Kelumbayan, Kab. Tanggamus, Lampung, 29 dan 30 Oktober 2011.

Diundang oleh beberapa kawan dari Yayasan Ekowisata Cikal untuk menghadiri kemah gembira (fun camp) di kawasan ekowisata Teluk Kiluan, tidak saya sia-siakan begitu saja. Berkendaraan dengan motor menempuh 160 km dan beberapa kali diguyur hujan bukan masalah berarti.

Acara Tahun Kehutanan Internasional 2011 yang dideklarasikan PBB ini dihadiri oleh pak  Hubertus Samangun, focal point dari United Nation Forum on Forest (UNFF) dengan mengibarkan tema “Hutan untuk kemakmuran masyarakat”.

“Hutan untuk Kemakmuran Masyarakat” yang dimaksud adalah menekankan bahwa hutan tidak hanya penting untuk mata pencaharian individu, tetapi juga sangat penting untuk pekerjaan kolaboratif yang perlu dilakukan dalam rangka untuk membuat kemajuan yang berkelanjutan di bidang kehutanan. (sumber: http://telukkiluan.org/iyf_prologue.html).

Beberapa acara yang dilaksanakan adalah penanaman bibit bakau di pantai sekitar teluk Kiluan, pemutaran film kehutanan, trekking ke gunung Tanggang dan penanaman bibit bakau di sepanjang jalur ke air terjun Tanggang. Para peserta berasal dari beberapa sekolah di Bandar Lampung dan Kelumbayan serta Pramuka.

2 hari yang melelahkan, tetapi rasa memiliki dan semangat menjaga hutan sudah tertanam di benak para panitia dan peserta. Kedepannya, tidaklah sulit untuk menggabungkan kegiatan-kegiatan pariwisata di Teluk Kiluan seperti menanam bakau di pesisir pantai selain melihat lumba-lumbanya.

kiluan 0
Bapak Hubertus Samangun, Focal Point United Nation Forum on Forest, menerima sesembahan dalam upacara pembukaan Tahun Internasional Hutan 2011 di Kiluan
Kiluan 1
Berpose sejenak sebelum menanam bibit bakau.
kiluan 2
Kakak panitia membagikan bibit bakau kepada peserta.
kiluan 4
Keceriaan peserta saat menanam bibit bakau.
kiluan 8
Kakak dari Komunitas Reggea Lampung ikut menanam bakau.
kiluan 5
Kak Dodo fasilitator dari yayasan ekowisata Cikal yang selalu menemani peserta dengan semangatnya.
kiluan 6
Pak Saiman, nelayan teluk Kiluan pencetus ide penanaman bibit bakau di pantai Kiluan.
kiluan 9
Pemutaran film tentang hutan di malam hari yang dilanjutkan dengan tanya jawab.

Jumping Kid

jumping
A kid jumping

A very active and happy day for a kid that enjoy jumping at the beach.

Kelapa Rapet, Pesawaran, Lampung, Indonesia.

I am not sure why i capture this picture. Maybe the kid, buoy, or the blue sky.  I just love them.

And for the kid, maybe it is a great way to feel about life. It is easier to jump than to grow up.

—–

Saya tidak tau alasan kenapa memotret ini. Mungkin karena adanya anak itu, pelampung, atau langit biru. Saya suka semuanya.

Dan bagi anak tersebut, mungkin inilah caranya untuk menikmati hidup. Dimana lebih mudah untuk melompat daripada untuk tumbuh besar.

Parade Budaya Festival Krakatau 2011

Ada yang menarik dan sangat meriah di akhir pekan lalu (15/10) di kota Bandar Lampung, yaitu diadakannya pawai budaya dalam rangka Festival Krakatau sehari setelah acara Tourisme Indonesia Mart and Expo 2011 ditutup.

Beberapa atraksi kesenian tradisional Lampung dan daerah lain digelar di jalan protokol Bandar Lampung. Mulai dari drumband, seni musik, tarian, seni topeng, debus, dll beriringan melewati Jalan Ahmad Yani, Jl. Kartini, Jl. Katamso, Jl. Raden Intan dan berakhir di Saburai, Enggal.

Tak hanya warga Bandar Lampung, warga dari Metro, Kota Agung, Liwa dan daerah lain turut menyaksikan parade budaya ini.  Beberapa turis asing juga terlihat hilir mudik dan serius menyaksikan.

Suparwono, manusia tertinggi Indonesia (2,42 meter) yang juga duta wisata Provinsi Lampung  menjadi daya tarik tersendiri dalam parade ini, selain gajah-gajah besar dari Way Kambas. Tampak beberapa warga berebutan bersalaman dan foto bersama di atas kendaraan khusus yang membawanya.

Selain Parade budaya ada beberapa acara pendukung festival Krakatau 2011, seperti, pameran foto, pameran lukisan, festival musik, festival layang-layang,  Elephant Show.  Diharapkan dengan adanya acara-acara ini masyarakat lebih mengenal ragam kebudayaan nasional kita, khususnya kebudayaan propinsi Lampung.

—–

Foto-foto:

gajah
iringan gajah melewati tugu gajah, Enggal.
busana 8
parade busana
busana 7
Masih tersenyum meski kelelahan sesaat setelah sampai di lapangan Enggal.
topeng
Salah satu budaya topeng Lampung.
Aceh
Ada juga perwakilan dari Nanggroe Atjeh Darussalam. "Peu Haba", "Haba Get" 🙂
busana 4
parade busana
busana 3
Parade busana
Suparwono
Suparwono manusia tertinggi Indonesia di antara peserta parade.
busana 2
parade busana
tarian
salah satu tarian yang ditampilkan
busana 9
parade busana

Weekend Trip to Jantho

Jalan-jalan bersama teman bisa sangat mengasikkan. Apalagi mempunyai hobi yang sama yaitu fotografi.

Beberapa tahun bekerja di propinsi paling barat Indonesia, saya beruntung bisa mempunyai banyak teman, baik teman sesama pekerja NGO maupun teman-teman asli Aceh yang biasa duduk bareng di kedai kopinya.

Saat akhir pekan adalah saat yang paling kita nantikan. Kalau tidak ada acara jalan dengan komunitas Hash House Harriers Aceh, kita terkadang direncanakan atau tidak pergi ke luar kota Banda Aceh. Terkadang kita duduk-duduk santai di puncak bukit di Blang Bintang dekat radar bandara. Atau ke pantai Lampuuk atau Lhoknga. Beberapa kali ke kota Takengon di dataran tingi Gayo, Aceh Tengah.

Dan foto-foto di bawah ini adalah saat kita berjalan-jalan ke kota Jantho, ibukota kabupaten Aceh Besar. Kita bisa menikmati ikan bakarnya yang terkenal enak di rumah makan Adem Ayem. Penggemar foto lanskap dan langit biru akan dimanjakan sekali di sepanjang jalan ke kota Jantho.

Ikan bakar dan langit birunya sangat layak dinikmati 🙂

 

Wisata Kebun Karet Bersama Keluarga

Saat liburan panjang lebaran biasanya tempat-tempat wisata sangat ramai dikunjungi masyarakat. Pantai Pasir Putih misalnya, sejak hari lebaran dan beberapa hari setelahnya selalu padat dikunjungi masyarakat Bandar Lampung dan juga dari beberapa kabupaten lain. Bahkan tak sedikit terlihat beberapa mobil berasal dari Jakarta, Bogor, Bandung, dan Palembang parkir di pantai ini.

Memasuki pantainya, kita sudah menemui kesulitan menemukan tempat kosong untuk parkir mobil. Belum lagi mendapatkan tempat teduh untuk duduk-duduk santai sambil menunggu anggota keluarga mandi-mandi di lautnya. Sangat padat sehingga sandal yang kita letakkan di samping tikar pun bisa hilang entah kemana terkena tendangan orang yang lalu lalang 😀

Teringat kebun karet yang sudah beberapa kali saya kunjungi, saya pun meyakinkan saudara-saudara dari Jakarta untuk menyempatkan jalan-jalan ke kebun karet dan berfoto ria disana. Menjelang jam 3 sore kami pun meluncur ke Karang Anyar. Sekitar 20 km dari rumah, tak sampai 40 menit kami sudah tiba di lokasi.

Tanpa buang-buang waktu, saya mengeluarkan kamera dan tripod. Hening dan sepi, hanya ada suara teriakan dan tertawa kami disitu.

Tak terasa dua jam berada di tengah-tengah pepohonan karet, berfoto ria sambil bercanda. Puas dan lelah kami segera pulang tanpa sempat merasa bosan. Hanya meninggalkan jejak dan membawa kembali sampah bekas bungkus makanan dan minuman, kami kembali pulang.

Setelah makan malam di rumah, foto-foto sudah beredar di situs jejaring sosial. Menyenangkan. (02-09-2011)

Walking at rubber tree plantation

Taking photo is one of ways to enjoy my leisure time. But after having a new DSLR with video facility, making video has been a new hobby for me too. Just like photo, video also creates a lot of opportunities for the objects and locations. While a photo is freezing scene, a video can give  more intimate scene when watching it especially when we add a music into it (what do you think?).

Every day i see beauty of lines, shapes, forms in many way. But it mostly goes unappreciated. There are streets, people, buildings, sky, plants around us. Perhaps, it’s nice to stop, to look at and take a moment to appriciate what make them so beautiful.

It’s a fun trip, when some friends asked me to come together to visit a rubber tree plantation not far from home.  What i love in a rubber tree plantation is the beauty of the repitition of lines and  misty morning atmosphere.

But firstly we have to switch off the TV and computer at night and go straight to bed. Secondly, we have to rush to get out the door early in the morning, one or two hours before the sun rises, to have the misty morning in our pictures.

Walking at a rubber tree plantation is one of a few simple ideas how we can enjoy outdoors and the fresh air. With a tripod and set the timer, we can make photos and videos of ourself there too. Yeah, for some people it does not come so easily to pose in front of a camera even if there are no other people there. But when you see the result, you will be too  busy to smile 😉

This is one of my simple ways to remain young and alive. What is yours?

See my video on youtube.

 

 

Wisata Kebun Karet di #Lampung

Kebun Karet
Suasana Pagi yang berkabut di Kebun Karet

Provinsi Lampung dikenal sebagai daerah beberapa hasil perkebunan antara lain: lada, kopi, cengkeh, kakao, karet, dan lain-lain.

Ada beberapa perkebunan yang sangat dekat dengan kota Bandar Lampung, seperti kebun karet yang terdapat di Karang Anyar. Menuju ke lokasi kita bisa lewat Jalan Sultan Agung, menyeberangi Jalan Soekarno Hatta, ikuti jalan ke arah pasar Jati Mulya ke arah kota Metro. Jalan aspal akan melewati perkebunan karet yang rindang.

Kita bisa sekedar jalan-jalan saja, foto-foto dengan kawan, mengamati dan memotret para penduduk yang sedang mengumpulkan karet. Waktu terbaik untuk mengunjungi kebun karet adalah pagi hari.  Untuk bisa melihat suasana berkabutnya yang indah kita harus tiba di lokasi sekitar jam 6:30. Semakin siang kabutnya akan menghilang.

– – –

Catatan:

  • sekitar 20 km dari pusat kota Bandar Lampung
  • Aman
  • Jalan banyak rusak setelah lewat pasar Jati Mulya
  • Terjangkau dengan motor dan mobil
  • Score 9 (score 1 susah dituju dan kemungkinan besar nyasar – score 10 mudah dicapai)
  • Bisa pergi pagi pulang siang
  • Direkomendasikan untuk yang hobi fotografi  (lanskap, HI, budaya)

Perjalanan ke Kelumbayan di Tanggamus

Kelumbayan – Satu nama tempat di Kabupaten Tanggamus, Lampung yang asing bagi saya. Tidak tahu terletak dimana, harus lewat mana, ada apa saja disana. Benar-benar kosong di pikiran.  Andai saja seorang pelukis Lampung tidak mengajak saya untuk jalan kesana dengan motor, mungkin sampai hari ini saya tidak akan tahu dan tidak akan pernah berkunjung kesana sampai hari ini.

Pada kunjungan pertama ke Kelumbayan, saya beserta si pelukis dan dua orang lain berangkat lewat Gedong Tataan yang ternyata memakan waktu 1 jam lebih lama jika kita lewat Hanura.

Kali kedua kesana bersama teman foto (Budhi Marta Utama dan Rudi Huang) 26 Maret 2011, kami tak mau berlama-lama di jalan, lewat Hanura. Berangkat jam 9 pagi dari Bandar Lampung, sebelum tengah hari kami bertiga sudah sampai di pertigaan turunan ke teluk Kiluan.

Mampir sebentar di satu rumah panggung Kampung Batu Suluh, kenalan dengan seorang ibu minta izin untuk bisa menginap di rumahnya di malam hari. sang ibu bilang tidak ada masalah, ia dan suaminya bakal senang kedatangan tamu malam ini. Masih ada keramahan di pelosok daerah 🙂

Siang itu kami menuju ke Pantai Pegadung, pantai yang sebelumnya pernah saya datangi bersama Budhi dan kawan pelukis pada 8 Maret 2011. Ngopi sejenak di Pegadung. Masak air dengan kompor mini yang dibawa oleh kang Rudi – thanks bro 🙂

Pada kunjungan pertama kami di Pegadung, kami tidak mengambil foto serius, sengaja hanya melihat-lihat dulu. Kunjungan kali inilah saatnya kami ambil foto-foto. Luar biasa scene batu-batu karang disini. Oleh Budhi batu-batu karang itu dinamakan “Gigi Hiu“.  Penduduk sekitar menamakannya Batu Layar. Nama Batu Layar ada dimana-mana. Pas dinamakan Gigi Hiu untuk membedakan 🙂

Panas terik tengah hari begitu menyengat kulit, tapi tak terlalu kami hiraukan. Tak terasa sudah beberapa jam di situ. Beberapa foto sudah tersimpan di memori kamera. Tak sabar rasanya untuk segera kami sharing ke teman-teman lain.

Kembali ke Batu Suluh, kami berjumpa dengan suami ibu tadi. Basa-basi sejenak saling berkenalan. Duduk-duduk di teras rumah panggung kecilnya sambil menyeruput kopi panas rasa jahe. Nikmatnya tinggal di kampung yang jauh dari kota.

Mandi dimana? Itu yang sempat terpikir oleh saya. Bukankah sebelum sampai di Batu Suluh ada satu Kali yang jernih yang memotong jalan utama menuju kampung ini….! OK, kami mandi disitu. Jangan ditanya seperti apa segarnya mandi di antara batu-batu besar sambil mendengar suara gemericik air yang mengalir. Kami membayangkan ada bidadari yang mandi disitu 😀

Untuk makan malam kali ini, saya dan Budhi berterimakasih lagi ke kang Maman. dengan panci kecilnya ternyata bisa menanak nasi dan merebus mie campur tempe dan pete. Cukup untuk 3 orang yang porsi makannya di atas normal. Setelahnya kembali disuguhi kopi oleh tuan rumah. Ngobrol dengan penduduk yang  datang dan penasaran siapa kami sebenarnya. Dengan keramahtamahan mereka kami merasa nyaman malam itu.

Sudah membayangkan tidur di beranda rumah panggungnya di udara terbuka, ternyata tuan rumah sudah menyiapkan 3 kasur di dalam. Tak sanggup menolak kami pun tidur di dalam. Pulas tidur. Suara ngorok terdengar bersautan bergantian dengan suara jangkrik dan deburan ombak di kejauhan.

—-

Catatan:

  • sekitar 90 km
  • Aman
  • Jalan banyak rusak
  • Makanan sebaiknya bawa sendiri
  • Kalau naik motor sebaiknya motor non matic dan tidak boncengan
  • Score 6 (score 1 susah dituju dan kemungkinan besar nyasar – score 10 mudah dicapai)
  • Bisa pergi subuh pulang sore
  • Direkomendasikan untuk yang hobi fotografi  (lanskap, HI, budaya)

9 Keuntungan Bepergian Hunting Foto Sendiran – Solo Hunting

Banyak teman saya yang tidak nyaman jika bepergian hunting foto sendirian. Mungkin merasa sepi, takut tak aman & tidak pede pegang kamera sendirian 😉

Padahal ada beberapa keuntungan kita hunting foto sendirian, antara lain:

1) BEBAS MEMILIH DAERAH TUJUAN DAN SPOT FOTO
Sering kali susah mencapai kata sepakat menentukan tujuan spot foto dengan kawan. Kalaupun sudah sepakat biasa tetap ada yang kecewa.

2) BEBAS MEMILIH WAKTU
Tidak semua kawan bisa pergi di akhir pekan, tidak semua bisa menginap, tidak semua bisa bareng ambil cuti.

3) BEBAS MELAKUKAN APA SAJA SELAMA DI PERJALANAN
Ada beberapa orang yang senang melakukan/mencoba sesuatu yang baru selama perjalanan. Berenang di kali yang jernih & lompat dari bebatuan tinggi ke airnya yang dalam. Jalan menyusuri pantai. Mencoba makanan khas lokal yang mungkin teman kita tidak suka rasa dan aromanya :p

4) BEBAS DARI KELUHAN KAWAN
Banyak yang tidak suka melelahkan diri berjalan kaki di pantai dan bukit. Ada yang tidak bisa tidur di rumah penduduk lokal. Tidak suka pedas. Pergi sendirian tidak akan ada suara-suara gerutu 🙂

5) BEBAS BERTEMU ORANG LAIN
Asik dan menarik bisa berkenalan dan ngobrol dengan penduduk lokal yang baru kita kenal.
Disinikah bisa kita rasakan luar biasanya pergi sendiri. Coba saja.

6) BEBAS DARI GANGGUAN
Tiap orang mempunyai kebiasaan yang mungkin mengganggu, seperti: ngorok, ngupil, berisik nelpon melulu.

7) BEBAS MENENTUKAN KECEPATAN JALAN
Mengikuti kawan yang selalu tergesa-gesa atau lambat itu tidak mengasikkan.

8 ) DAPAT PERGI DAN PULANG DI DETIK-DETIK TERAKHIR
Seringkali hal & momen menarik untuk difoto kita temui jika kita fleksibel.

9) KEPUASAAN YANG DIDAPAT
Rasa puas dan foto-foto bagus adalah sesuatu yang sangat layak didapat setelah pulang dari bepergian. Puas bisa menikmati jalan-jalan dan puas memiliki foto-foto bagus yang unik yang belum tentu dimiliki kawan kita.

Jika belum terbiasa jalan sendiri mulailah dengan makan siang sendiri di luar rumah. Lalu coba jalan sendiri di akhir pekan ke tempat-tempat yang dekat dulu di dalam/luar kota.

Have a nice weekend.